Selasa, 26 April 2011
TANYA JAWAB,,, ( TENTANG MADU )
Kesehatan dan Aqidah.
Apa hubungan kesehatan dengan aqidah kita ?
“Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,” demikianlah Al Qur’an bertutur diantara kalimat-kalimat tauhid yang diutarakan oleh Ibrahim A.S. dalam surat Ash Shu’ara : 80.
Kita yang khususnya hidup di Indonesia di jaman ini, dapat lebih mudah memahami mengapa ayat penyembuhan tersebut diungkapkan di Al qur’an diantara kalimat-kalimat tauhid. Hal ini menjadi sangat relevan sekarang ini karena mayoritas kemusyrikan datang dan merusak keimanan umat Islam melalui jalur pengobatan.
Ketika pengobatan medis menjadi terlalu mahal bagi sebagian besar umat Islam, atau karena memang keterbatasannya pengobatan medis tidak selalu memberikan hasil yang optimal, maka pengobatan alternative sering dianggap dapat memberikan solusi. Masalahnya timbul apabila pengobatan alternative tersebut menggunakan cara-cara yang tidak masuk akal dan cara-cara yang tidak ada tuntunannya, maka pengobatan altertanif tersebut hampir pasti mengandung kemusyrikan.
Umat Islam diwajibkan berikhtiar dalam mencari penyembuhan apabila sakit, namun penyembuhan tersebut haruslah sesuai dengan akal sehat – karena Islam adalah agama yang masuk akal- berobat ke dokter/rumah sakit adalah yang masuk kategori yang dianjurkan ini. Atau terkadang ilmu kita belum sampai untuk memikirkannya secara akal sehat namun ada tuntunannya dari Uswatun Hasanah kita Rasulullah SAW. Contoh pengobatan yang masuk kategori ini adalah pengobatan dengan bekam dan pengobatan dengan madu.
Apakah ada tuntunannya madu sebagai obat dalam Al Qur’an dan Al Hadits ?
Nash Al Qur’an yang secara sangat jelas mengungkap bahwa madu sebagai obat adalah ayat berikut :
“Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS An- Nahl: 69).
Sedangkan hadits shahih Rasulullah S.A.W yang mengungkapkan madu sebagai obat adalah sebagi berikut: Dari Ibnu Abbas R.A. dari Rasulullah S.A.W. : ”Kesembuhan dari penyakit itu dengan melakukan tiga hal : berbekam, minum madu dan dibakar dengan besi panas. Tetapi aku melarang umatku membakar dengan besi panas itu”. HR. Shahih Bukhari. Meskipun dengan ayat Al Qur’an yang jelas dan hadits yang shahih sekalipun, mungkin kita masih ragu bahwa madu lah obat bagi penyakit kita – maka hal inipun manusiawi dan Rasulullah S.A.W. pun memberikan contoh yang komplit bagi kita dengan hadits shahih berikut ini :
Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Kudri : Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah S.A.W. dan berkata, “ Saudaraku sedang mengalami sakit perut” kemudian Rasulullah, S.A.W berkata kepada laki-laki tersebut, “Suruh dia minum madu”, Laki-laki tersebut kembali kepada Rasulullah, S.A.W dan beliau berkata kembali “Suruh dia minum madu”, Laki-laki tersebut kembali untuk ketiga kalinya dan Rasulullah tetap berkata “Suruh dia minum madu” , kemudian laki-laki itu kembali dan berkata “ Sudah saya lakukan ya Rasulallah”, kemudian Rasulullah S.A.W. bersabda “Allah telah menyampaikan yang benar, tetapi perut saudaramu berbohong, suruh dia minum madu”. Kemudian laki-laki itu meminta saudaranya untuk kembali minum madu dan dia sembuh.
Mengapa dalam hal pengobatanpun kita harus memilih yang Islami ?
Apabila kita atau salah satu dari anggota keluarga kita ada yang sakit, maka berusaha mencari pengobatan untuk penyembuhannya adalah termasuk medan ikhtiar yang disunahkan-meskipun hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkannya. Namun ikhtiar yang mana yang kita harus tempuh ? jawabannya tergantung dengan banyak hal.
Ikhtiar pertama yang paling umum dilakukan adalah berobat ke dokter atau rumah sakit. Ikhtiar ini bagian dari yang diijinkan, banyak sekali temuan medis yang memang akhirnya bisa menjadi perantara penyembuhan kita - namun ingat bahwa hanya Allah-lah yang menyembuhkan kita.
Meskipun banyak yang berhasil, namun ikhtiar dengan ke dokter maupun rumah sakit memang banyak juga yang tidak berhasil atau paling tidak tidak menyembuhkan pasien secara 100 %.
Masalah lain dengan pengobatan melalui obat hasil pabrik farmasi besar dan berobat ke rumah sakit sering dianggap terlalu mahal. Hal ini tidak hanya terjadi di negara miskin dengan tingkat penghasilan penduduk yang rendah seperti Indonesia, tetapi hal yang sama juga dirasakan oleh penduduk negara maju seperti Amerika Berikat. Bahkan dalam salah satu buku yang terbit akhir tahun 2005 lalu ada disebutkan bahwa jutaan penduduk Amerika bangkrut setiap tahunnya gara-gara tidak mampu membiayai biaya kesehatannya. Lebih jauh buku tersebut juga meramalkan kebangkrutan Amerika kurang dari dua puluh tahun yang akan datang karena biaya kesehatan yang tidak tertahankan lagi. gejalanya sudah ada yaitu di bulan November tahun 2005 lalu ikon industri mereka General Motor sudah berencana merumahkan 30,000 buruh dan menutup 12 pabrik karena biaya kesehatan yang tidak tertahankan tersebut.
Nah kembali ke masalah kita, biaya kesehatan secara konvensional (dengan obat produksi pabrik dan/atau perawatan rumah sakit) yang sering tidak mampu kita tanggung ini - membuat sebagian besar masyarakat kita lari ke pengobatan alternatif.
Sayangnya pengobatan alternatif yang ada di masyarakat banyak yang mengandung kesyirikan yang justru membahayakan aqidah. Musibah kesehatan yang seharusnya menjadi pengurang dosa-dosa kita apabila kita bersabar - malah sering menjadi musibah yang lebih besar - menjadi musibah aqidah karena ketidak sabaran kita dalam berikhtiar di jalan-Nya.
Ada dua ciri pengobatan yang mengandung syirik dan harus kita hindari, yaitu :
Pertama apabila pengobatan yang dilakukan tidak masuk akal - misalnya mengoperasi tanpa alat operasi, memindahkan penyakit ke binatang dsb.
Kedua apabila pengobatan tersebut tidak ada tuntunannya. Bisa jadi akal manusia belum sampai kesana, tetapi apabila ada tuntunannya maka pengobatan ini boleh dilakukan.
Pengobatan yang belum sepenuhnya terjangkau dengan akal manusia sekarang namun ada tuntunannya adalah pengobatan dengan bekam dan pengobatan dengan madu.
Khususnya madu, belakangan banyak sekali bukti-bukti ilmiah yang akhirnya menguatkan bahwa madu adalah obat yang bahkan lebih baik dari obat buatan pabrik. Madu juga merupakan obat yang murah, dan bahkan bisa diternakkan sendiri oleh kita apabila kita ingin meyakinkan keaslian hasilnya.
Jadi, ada obat yang murah dan sesuai aqidah - yaitu madu - mengapa kita tertipu dengan yang mengandung kesyirikan ?.
Bagaimana kita yakin bahwa solusi pengobatan Islami cukup bagi kita ?
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda “Setiap penyakit ada obatnya, apabila obat telah mengenai penyakit, maka akan mendatangkan kesembuhan dengan izin Allah,”. (HR Muslim). Di kesempatan lain Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At tirmidzi ” ..Allah menciptakan obat bagi setiap penyakit yang Dia ciptakan...kecuali penyakit Tua (pikun)”.
Jadi sebagai umat Islam yang menjadikan Al Qur’an dan Al Hadits sebagai pegangan kita, kita wajib percaya bahwa Allah lah yang menurunkan obat bagi setiap penyakit, hal ini juga sejalan dengan salah satu kalimat tauhid yang diucapkan Nabi Ibrahim A.S. dalam surat As Shu’ara 80 :
”Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku”.
Ayat-ayat Al Qur’an dan Al Hadits tersebut seharusnya cukuplah menjadi dasar kita dalam setiap upaya mencari penyembuhan dari penyakit yang kita atau keluarga kita derita. Kelihatannya mudah, namun kita sering lupa atau terjebak dalam dua ekstrim dalam mencari penyembuhan ini.
Ekstrim pertama adalah orang-orang yang hanya mengandalkan upaya penyembuhannya melalui berbagai pengobatan medis dan lupa atau tidak tahu bahwa hanya Allah-lah yang bisa menyembuhkan penyakit itu.
Ekstrim kedua adalah mereka yang melupakan ikhtiar
Di satu sisi kita wajib berupaya mencari obat untuk penyembuhan penyakit kita, di sisi lain kita harus sadar bahwa obat tersebut hanyalah sarana bagai datangnya pertolongan Allah dalam bentuk penyembuhan. Sebagian obat sebagai sarana penyembuhan yang merupakan pertolongan Allah ini ada yang secara explisit diungkapkan sendiri oleh Allah seperti Madu yang disebut dalam QS An-Nahl 69 ”...dan sebagai obat bagi manusia”. Sebagian lain sarana pengobatan tersebut tidak diungkapkan oleh Allah secara langsung tetapi sepenuhnya disediakan olehNya secara cukup di alam. Manusia-manusia yang menekuni dan menggali karunia Allah tersebut (para ilmuwan) sebagian akhirnya berhasil menemukan berbagai obat untuk berbagai penyakit.
Karena tidak semua orang mampu meneliti dan mencari sendiri sarana pengobatan yang ada di alam, maka sebagian besar umat manusia menggantungkan pengobatannya dari hasil riset para ilmuwan dan pabrik farmasi besar – yang sayangnya kadang menjadi terlalu mahal dan tidak terjangkau oleh sebagian umat manusia. Tidak hanya di negeri-negeri miskin, di negara kaya seperti Amerika-pun jutaan orang bangkrut gara-gara tidak mampu membayar pengobatan. Mahalnya biaya pengobatan ini antara lain karena biaya riset yang mahal (dalam menemukan obat/bahan obat), biaya pengembangan yang mahal, biaya distribusi obat yang mahal dst. Seluruh sistem pengobatan modern inilah yang membuat biaya pengobatan mahal. Nah padahal Allah ketika menurunkan pertolonganNya tidak memilih hanya yang mampu bayar saja yang ditolong, lantas bagaimana sistem pengobatan bagi seluruh umat yang sejalan dengan aqidah kita tersebut ?.
Mari sekarang kita tadabburi ayat-ayat dan hadits mengenai pengobatan tersebut, pada saat bersamaan kita tadaburi alam. Dari sabda Rasulullah ” Setiap penyakit ada obatnya...”, mari kita lihat yang dilakukan oleh para peneliti obat-obatan, para tabib China dari ribuan tahun lalu dan berbagai ahli pengobatan di berbagai bangsa dan zaman...mereka selalu menemukan obat untuk penyakit yang muncul pada zamannya. Maka benarlah sabda Rasulullah tersebut. Apa yang dilakukan oleh para tabib China sejak ribuan tahun lalu sampai dengan para peneliti obat di zaman modern ini sebenarnya adalah sama yaitu menggali yang sudah ada di alam (disediakan oleh Allah) kemudian meramu/mengolahnya sehingga menjadi obat yang siap pakai. Yang dilakukan sama tetapi prosesnya yang berbeda. Di zaman modern ini pencarian obat melibatkan berbagai teknologi dan proses produksi...yang akhirnya menjadikan obat mahal. Lantas apa kita akan kembali ke zaman ribuan tahun lalu untuk mencari obat yang murah ? Tentu juga tidak, tetapi kita bisa mengikuti petunjuk Al Qur’an untuk mencari obat bagi kita.
Petunjuk Al Qur’annya kan jelas bahwa ”... dari dalam perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya sebagai obat bagi manusia...”. karena Al Qur’an adalah kitab akhir zaman, diturunkan kepada nabi akhir zaman maka kebenarannya akan terjaga sampai akhir zaman. Artinya hasil yang keluar dari perut lebah tersebut sebagai obat yang disebut di Al Qur’an akan berlaku juga sampai akhir zaman, termasuk untuk obat-obat penyakit yang sekarang belum muncul atau sudah muncul namun belum ketemu obatnya.
Para tabib China dan para ilmuwan modern mencari obat antara lain dari bahan tanaman, mereka melakukan kajian terhadap ribuan tanaman dari berbagai daerah untuk menemukan zat kimia yang dapat menjadi penyembuh yang oleh ahli kimia disebut phytochemicals. Meskipun akhirnya menemukan obat cara ini adalah cara yang sukar (dan juga mahal)– the hard way – karena tanpa petunjuk.
Nah mengapa madu (yang keluar dari perut lebah) menjadi cara yang mudah dan obat yang murah bagi seluruh umat ? karena proses pencariannya/penelitiannya tidak memakan biaya yang besar dan tidak memerlukan teknologi tinggi untuk memprosesnya – Allah sendiri yang memberi petunjuk ke kita bahwa obat tersebut tersedia dalam kondisi siap saji. Bukti ilmiahnya adalah, di seluruh dunia lebah selalu berhasil menemukan Nectar bunga untuk bahan madu, phytochemicals dari berbagai tumbuhan untuk memproduski Propolis, Pollen dan Nectar untuk produksi Royal Jelly dan pollennya sendiri yang juga mengandung berbagai phytochemicals. Phytochemicals yang di seleksi dan dikumpulkan oleh lebah dari tumbuhan-tumbuhan terpilih tersebut ternyata terbukti sangat efektif untuk berbagai obat antibiotik, anti bactecial, anti fungal, anti allergic dsb.
Dari mana lebah memperoleh ini semua? Dari alam dimana dia hidup. Kita hidup berdampingan dengan lebah di lingkungan yang sama, namun lebah-lebah pekerja tahu tumbuhan-tumbuhan mana yang efektif untuk menghasilkan propolis misalnya – sedangkan kita tidak tahu, kalaupun toh kita akhirnya tahu selalu dengan cara yang mahal dan sukar tersebut – itupun hanya sedikit dari kita yang tahu yaitu para ilmuwan dan peneliti obat.
Dengan mengikuti petunjuk Al Qur’an, manusia akan lebih mudah menemukan obat-obat tersebut karena tidak usah susah payah meneliti mana-mana tumbuhan yang dapat menjadi obat dan sebaliknya, cukup mengikuti pilihan lebah yang atas perintah Allah telah dimudahkan jalannya (QS An Nahl 68). Nah mau hidup dengan susah tanpa petunjuk? atau mau dengan cara yang mudah mengikuti petunjukNya dalam segala aspek kehidupan?
Madu – Obat Bagi Seluruh Umat Sampai Akhir Zaman
Apa sih yang disebut sebagai Madu ?
Madu adalah cairan alami yang umumnya memiliki rasa manis yang dihasilkan oleh lebah Madu dari sari bunga tanaman (floral nectar) atau bagian lain dari tanaman (extra floral nectar) atau ekskresi serangga.
Dalam koloni lebah madu, madu sebenarnya berfungsi sebagai makanan utama bagi masyarakat lebah yang tinggal di koloni tersebut. Namun karena produksi madu dari koloni lebah ini pada umumnya lebih dari yang mereka butuhkan, maka kemudian manusia ikut mengambil kelebihan produksi makanaan lebah tersebut untuk berbagai kebutuhannya. Disinilah nampak kebenaran Al Qur’an di surat Al Baqarah ayat 29 yang berbunyi ” Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu…”
Apa yang membuat madu berbeda dengan gula ?
Dari sisi kandungan kalori madu tidak jauh berbeda dengan gula, satu kilogram madu dapat memberikan sekitar 3500 kalori sedangkan satu kilogram gula dapat memberikan sekitar 3900 kalori. Di luar kalori ini madu sangat berbeda jauh dengan gula. Berikut adalah point-point dimana madu berbeda dengan gula.
Madu tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, hampir seluruh zat dalam madu dapat terserap oleh tubuh dan hanya kurang dari 1/200 bagian madu yang akan dibuang oleh tubuh. Gula merupakan hasil dari berbagai proses pemanasan dimana asam organic, protein, enzyme dan vitamin yang ada di alam (tebu atau beat) terekstraksi atau rusak dan bahkan bahan-bahan berbahaya seperti hydrochloric, phosphoric dan sulphuric acids masuk ke dalam gula pada proses pembuatannya tersebut.
Madu adalah pemanis alami yang proses pembuatannya tidak melibatkan sentuhan manusia. Gula adalah proses konsentrasi, denaturalisasi dan bahkan polusi terhadap hasil alam(tebu) dimana melalui proses pemanasan dalam pembuatan gula menghancurkan zat-zat yang sangat penting seperti protein, enzyme dan asam-asam organic tersebut.
Madu mengandung unsure-unsur kehidupan termasuk berbagai mineral yang terkandung di dalamnya. Gula putih khususnya yang semula berasal dari sari tebu berwarna gelap dan mengandung mineral, dalam proses yang disebut defecation, mineral-mineral tersebut ‘terhilangkan’ karena apabila tidak maka tidak akan menjadi kristal-kristal gula putih.
Pemanis terbaik adalah dari kelompok gula sederhana karena untuk berasimilasi dalam tubuh tidak memerlukan aktifitas pencernaan yang berat, gula sederhana ini terkandung secara melimpah di dalam madu. Gula putih (dari tebu) untuk perlu pekerjaan yang berat dari system pencernaan dan kerja keras dari pankreas utnuk memproduksi insulin, penggunaan gula tebu secara terus menerus membuat kemampuan kerja pancreas menurun yang kemudian menimbulkan penyakit diabetes.
Perbedaan-perbedaan tersebutlah yang membuat penemu insulin yaitu DR. Banting pada tahun 1929 sudah menyatakan bahwa “ Di Amerika Serikat kasus penderita diabetes meningkat sejalan dengan penggunaan gula putih (tebu), dalam pembuatan gula tebu melalui proses pemanasan dan kristalisasi sesuatu telah berubah dan menghasilkan bahan makanan yang berbahaya untuk dikonsumsi ”. Pendapat ini dikuatkan oleh ahli lain DR. Serge Veronoff yang menyatakan bahwa umur manusia rata-rata dapat mencapai 120 tahun apabila dapat meninggalkan tiga bahan pangan yaitu gula, tepung dan garam.
Menyangkut kehebatan madu dibandingkan gula DR. Harvey W. Willey, sesepuh ahli kimia dari Department of Agricultural and Director of Bureau of Foods, Sanitation and Healths – USA dalam suratnya kepada American Honey Institute antara lain mengingatkan untuk hati-hati mensosialisasikan madu, karena apabila semua orang tahu kelebihan madu terhadap gula maka akan timbul masalah lain yaitu tidak cukupnya produksi madu untuk memenuhi seluruh kebutuhan penduduk, dampaknya harga madu akan melonjak sangat tinggi – sehingga madu tidak lagi menjadi bahan pangan/kesehatan yang murah dan terjangkau.
Anda yang beruntung membaca buku ini dan mengetahui kehebatan madu dibandingkan gula, sudah seharusnya mengganti seluruh menu makanan dan minuman Anda yang selama ini menggunakan gula dengan madu…selagi madu belum menjadi barang yang terlalu mahal untuk dibeli seperti dikawatirkan oleh DR. Willey tersebut.
Madu bersifat antibiotic, antiseptic dan antifungal yang menghambat atau menghentikan pertumbuhan berbagai bakteri patogen, microorganisme dan juga jamur.
Melalui kadar airnya yang rendah dan sifat hygrokopisnya Madu menyerap cairan dalam bakteri, jamur dan microorganisme lain sehingga mereka tidak dapat tumbuh. Sifat dan cara kerja ini yang membuat madu efektif untuk luka luar.
Ketika Madu bercampur dengan cairan tubuh, enzym glucose oxidase yang terkandung di dalamnya akan aktif dan menghasilkan apa yang disebut Hydrogen Peroksida. Hydrogen Peroksida sangat efektif berperan sebagai antiseptic dan anti-inflamatory.
Apakah ada bukti-bukti ilmiah yang dapat menunjukkan keberhasilan pengobatan dengan Madu ?
Berikut adalah beberapa contoh yang dapat menjadi bukti ilmiah keberhasilan madu sebagai obat :
Pada tahun 1991 di negeri barat telah dilakukan eksperimen pengobatan terhadap luka bakar dengan menggunakan Madu dibandingkan dengan pengobatan modern silver sulfadiazine (SS). Hasilnya setelah 7 hari, kelompok yang diobati dengan Madu 91% bebas dari infeksi sedangkan yang diobati dengan SS hanya 7 % yang bebas infeksi. Setelah pengobatan berjalan 15 hari, 87% pasien yang diobati dengan Madu sembuh sedangkan yang diobati dengan SS hanya 10% yang sembuh.
Penelitian pada tahun 1992 dan 1993 juga membuktikan bahwa dari pasien luka bakar yang diobati dengan Madu, hanya 20 % yang menyisakan bekas luka di tubuhnya – sedangkan pengobatan modern dengan obat yang mahal menyisakan sekitar 65 % pasien meninggalkan bekas luka.
Dengan pengobatan Madu yang dicampur dengan minyak zaitun dan lilin lebah para dokter di Dubai Specialized Medical Center dibawah pimpinan Noori Al Waili telah berhasil mencapai tingkat penyembuhan tertinggi 86 % untuk penyakit infeksi kulit karena jamur.
Noori Al Waili juga berhasil menyembuhkan sekitar 82 % dari pasien yang mengalami berbagai gangguan penyakit perut dyspepsia dsb. dengan Madu.
Percobaan lain terhadap 169 bayi dan anak-anak yang mengalami infeksi lambung menunjukkan bahwa Madu mengalami tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Bagaimana kita tahu bahwa suatu Madu itu asli atau tidak ?
Madu adalah produksi lebah yang penuh dengan tantangan bagi manusia untuk memahaminya, sampai zaman modern ini masih ada tidak kurang dari 15 jenis zat di dalam Madu yang belum terdefinisikan oleh ilmu pengetahuan modern dan belum diberi nama. Karena terbatasnya ilmu manusia tersebut, membuktikan suatu Madu adalah asli menuntut tantangan tersendiri juga. Namun setidaknya ada kesepakatan umum di seluruh negara bahwa Madu dikatakan asli apabila dalam proses produksi sampai hasil akhir tidak mengalami pencampuran dengan zat apapun – selain cairan alami yang dihasilkan oleh lebah tersebut di atas. Karena Madu asli (alami) memiliki komposisi kandunangan zat tertentu (sebagian sudah dikenali dan sebagian yang lain belum), maka keaslian Madu bisa di analisa melalui kandungan zat yang ada dalam Madu tersebut – yaitu pada zat yang sudah dapat dikenali.
Apa kegunaan Madu dan bagaimana menggunakannya ?
Penemuan-penemuan arkeologi sejak jaman kuno membuktikan bahwa Madu telah digunakan sebagai obat atau ramuan obat oleh perbagai bangsa; dalam agama Islam kegunaan Madu sebagai obat ini dikuatkan di dalam ayat Al Qur’an (QS An Nahl Ayat 68-69) dan beberapa hadits Nabi tentang pengobatan.
Penggunaan Madu yang paling umum adalah dengan diminum baik secara teratur untuk pengobatan pencegahan (preventive) maupun diminum untuk pengobatan penyembuhan (curative). Belakangan berbagai percobaan ilmiah juga membuktikan bahwa ternyata penggunaan Madu tidak harus melalui diminum, tetapi bisa juga secara efektif melalui penyuntikan maupun sebagai obat luar yang langsung dioleskan di bagian tubuh yang sakit atau luka.
Apa yang menjadikan Madu dapat digunakan sebagai obat ?
Ketika Allah menyebutkan Madu sebagai obat 14 abad yang lalu, saat itu ilmu pengetahuan manusia masih sangat terbatas. Belakangan mulai terungkap secara ilmiah mengapa Madu bisa menjadi obat. Perlu juga diingat bahwa apa yang disebut di dalam Al Qur’an akan langgeng kebenarannya sampai akhir zaman, jadi yang terungkap sekarang secara ilmiah sangat bisa jadi belum sepenuhnya mengungkap penyebab sesungguhnya dari khasiat Madu untuk obat. Dari waktu ke waktu akan muncul penyakit baru dan perlu penyembuh baru – dan Madu akan selalu menjadi salah satu penyembuh ini (ini sudah terjadi ribuan tahun lalu dan akan terus terjadi sampai akhir zaman – sesuai kaidah kebenaran Al Qur’an sampai akhir zaman).
Sementara ini yang sudah terungkap secara ilmiah mengapa Madu dapat menjadi obat antara lain adalah sifat antimicrobial Madu yang disebabkan oleh kandungan kadar gula (mayoritas fruktosa) yang tinggi, kadar air yang rendah (banyak microorganism membutuhkan air untuk tumbuh), keasaman Madu dan yang tidak kalah penting adalah hydrogen - peroksida yang muncul dari reaksi glukosa dari Madu dengan air, hydrogen – peroksida (H2O2) inilah salah satu pembunuh microorganism yang utama.
Apakah Madu cocok untuk seluruh jenis penyakit ?
Di Al Qur’an Madu disebut ”....sebagai obat bagi manusia” (QS An Nahl 69) , tanpa menyebut sebagai obat untuk penyakit tertentu. Dengan demikian berarti Madu bisa jadi cocok untuk segala macam penyakit – termasuk penyakit-penyakit yang sekarang belum ketemu pengobatannya. Kita bisa yakin mengenai keandalan Madu sebagai obat ini karena ada ayatnya di Alqur’an dan dikuatkan oleh berbagai hadits Nabi, lebih jauh lagi dengan banyaknya zat yang ada di dalam Madu yang belum sepenuhnya bisa didefinisikan oleh manusia modern sekarang – memberikan harapan bagi kita bahwa Madulah jawaban atas problem kesehatan kita sekarang dan dimasa datang (karena apa yang ada di Al Qur’an dijamin kebenarannya sampai akhir Zaman). Diantara yang ada rujukannya atau sudah ada hasil research-nya antara lain adalah penggunaan Madu untuk pengobatan sakit perut, untuk pengobatan pancreatitis akut, pengobatan cancer, pengobatan tumor, pengobatan luka pada penderita diabetis, dan sebagai antibiotic untuk segala macam penyakit . Selain cocok untuk penyakit serius seperti cancer dan tumor (yang dibuktikan dalam riset Dr. Nada Orsolic dari University of Zagreb – Kroasia), Madu juga cocok untuk pengobatan ’penyakit’ sederhana seperti bisul, jerawat dan sejenisnya melaui proses osmosis yaitu Madu menyerap nanah/cairan yang terdapat dalam bisul dan sejenisnya.
Di Mesir kuno lebih dari separuh resep pengobatan menggunakan Madu sebagai bahan utamanya, hal ini menunjukkan bahwa mayoritas penyakit dapat disembuhkan dengan Madu ini.
Perlu diingat meskipun dengan berbagai khasiat pengobatan yang terkandung dalam Madu, apabila dimungkinkan (ada biaya dsb.) tetap kami anjurkan untuk penyakit-penyakit serius pasien juga berobat/berkonsultasi dengan dokter, rumah sakit dsb. Madu aman dikonsumsi bersama dengan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.
Apakah khasiat madu sebagai obat sudah pernah diteliti secara ilmiah ?
Di ayat 69 dari surat An Nahl Allah mengungkapkan madu sebagi obat bagi manusia artinya manusia keseluruhan – sepanjang jaman – tidak terbatas pada umat Islam saja. Hal ini diketahui para sejarahwan yang menemukan bahwa lebih dari separuh resep pengobobatan Mesir kuno ternyata menggunakan madu sebagai bahan utamanya. Juga tidak terhitung jumlahnya resep madu sebagi obat dari berbagai kebudayaan bangsa-bangsa lain yang pernah ada maupun yang masih ada di bumi.
Di jaman modern sekarangpun para ilmuwan dan praktisi medis di berbagai negara terus giat melakukan berbagai percobaan pengobatan dengan madu, diantaranya yang menarik adalah hasil penelitian Dr. Nada Orsolic dari University of Zagreb – Kroasia, pada binatang pecobaan yang menunjukkan hasil sebagai berikut:
Binatang yang diberi makan madu sebelum diinjeksi dengan sel tumor ternyata memiliki pertumbuhan sel tumor yang lebih lambat.
Binatang yang diberi royal jelly (produk lain dari lebah) ternyata memiliki penyebaran cancer yang rendah setelah diinjeksi dengan sel tumor.
Injeksi venom lebah pada tumor menyebabkan tumor mengecil.
Injeksi dengan propolis (produk lain lagi dari lebah) menurunkan pertumbuhan tumor dan meningkatkan usia dari binatang percobaan.
Apakah ada contoh keberhasilan pengobatan madu yang lebih baik dari obat buatan manusia ?
Berikut adalah contoh yang kami kutip dari Journal of Family Practice :
Diceritakan di dalam journal tersebut seorang laki-laki yang berusia 79 tahun dan menderita diabetes golongan 2 yang sudah parah. Segala bentuk pengobatan modern telah ditempuh bahkan lelaki ini selama 14 bulan telah lima kali masuk rumah sakit dan 4 kali menjalani operasi. Biaya yang dikeluarkan telah mencapai US$ 390,000,- (Sekitar 3.5 milyar rupiah). Dengan segala upaya tersebut luka yang menganga di dua tempat sebesar 8 cm x 5 cm dan 3 cm x 3 cm tetap tidak sembuh meskipun telah diberi antibiotic terbaik yang ada. Bahkan lelaki tersebut telah kehilangan dua jarinya.
Lebih buruk lagi, dua team dokter yang menangani pasien tersebut berusaha meyakinkan pasien bahwa ia perlu diamputasi kakinya mulai lutut ke bawah karena apabila tidak maka nyawanya terancam. Pasien menolak amputasi tersebut dan sebelum dia mendapatkan informasi tentang madu, pasien ini kehilangan satu jari lagi.
Setelah mendapatkan informasi tentang madu, pasien ini mulai membeli madu di supermarket – mengoleskan pada luka-lukanya dan meninggalkan pengobatan dengan antibiotic lainnya. Karena pengobatan sekarang hanya dengan madu maka biayanya menjadi jauh lebih murah.
Dua minggu setelah menjalani pengobatan dengan madu, jaringan di tempat lukan mulai hidup kembali. Dalam rentang waktu 6 – 12 bulan, pasien tersebut telah sepenuhnya pulih kembali dan lukanya tidak kambuh kembali.
Apakah madu juga dapat digunakan sebagai antibiotik ?
Meskipun lebih dari 1400 tahun lalu Allah melalui ayat-ayat Al-Qur’an telah memberitahukan bahwa madu sebagai obat, baru beberapa tahun belakangan para ilmuwan membuat berbagai penelitian mengenai kemampuan madu sebagai obat.
Salah satu peneliti yang sangat mendalami masalah madu ini adalah Peter Nolan seorang ahli riset biokimia dari The University of Waikato – New Zealand. Peter Nolan mempunyai cerita favorit mengenai keandalan madu sebagai antibiotic ini, yaitu berdasarkan pengalaman langsung yang dialami seorang remaja Inggris berusia 20 tahun yang luka di tangannya tidak mempan diobati oleh berbagai jenis antibiotic. Remaja ini kemudian mendengar tentang pengobatan dengan madu dan minta dokternya untuk mengobati dengan madu. Karena berbagai cara telah dilakukan, maka team dokterpun tidak keberatan untuk mencoba cara lain dengan madu ini. Setelah pengobatan dengan madu berjalan selama satu bulan, ternyata luka di tangan remaja tersebut benar-benar sembuh dan tangannya dapat berfungsi kembali.
Selain madu ternyata dapat menumpas spesies microbial yang resistance terhadap antibiotic buatan manusia. Penggunaan madu sebagai antibiotic ternyata juga memiliki beberapa keunggulan antara lain :
Pengobatan dengan madu tidak menimbulkan infalamsi.
Madu menyebabkan rasa sakit berkurang
Madu membersihkan infeksi
Madu menghilangkan bau pada luka
Penyembuhan berjalan cepat tanpa menimbulkan bekas luka
Madu bersifat antimicrobial yang dapat mencegah microba tumbuh
Tidak menimbulkan rasa sakit pada saat penggantian pembalut karena tidak lengket.
Mempunyai stimulatory effect yang mempercepat tumbuhnya jaringan tubuh kembali.
Hasil riset di universitas tersebut juga membuktikan madu lebih effective dari antibiotic buatan manusia seperti silver sulfadiazine.
Subhanallah, tanpa bukti inipun kami percaya kepada firmanMu ya Allah; kami percaya kepada sabda Rasulmu….bukti ilmiah ini hanya sebagai tambahan ilmu bagi kami…dan hujjah untuk menjelaskan kepada orang yang belum yakin akan kebenaran firmanMu.
Apakah seluruh Madu memiliki khasiat yang sama ?
Karena Madu dihasilkan oleh lebah dari sari bunga yang berbeda-beda, tentu komposisi yang ada di satu Madu bisa berbeda dengan Madu lainnya. Jadi adalah wajar apabila suatu Madu lebih cocok untuk penyakit tertentu, dan Madu lain lebih cocok untuk penyakit lainnya. Namun secara umum zat-zat penyembuhan terdapat di seluruh Madu sejauh Madu tersebut benar-benar asli.
Memang ada yang bilang Madu arab adalah yang terbaik sehingga dijual sangat mahal, namun sejauh ini belum terbukti secara ilmiah bahwa Madu arab memiliki komposisi yang jauh berbeda dari Madu-Madu lainnya. Meskipun demikian diakui bahwa secara alami Madu dari daerah yang memiliki kelembaban udara rendah seperti di Arab, otomatis memiliki kadar air yang rendah. Itulah sebabnya Madu arab cenderung kental hampir menyerupai jeli. Memang efektifitas penyembuhan Madu salah satunya tergantung kadar air ini, semakin rendah akan semakin efektif Madu sebagai obat. Jadi Madu arab yang sudah terbukti kelebihannya adalah di faktor kadar air ini.
Meskipun demikian dengan perkembangan teknologi pasca panen Madu yang baik, sekarang sangat memungkinkan Madu Indonesia-pun dapat menyamai Madu arab dalam hal kadar air tersebut.
Bagaimana memilih Madu yang baik ?
Madu yang baik adalah yang memenuhi standar dari yang berwenang di suatu negara. Di Indonesia tentu standar ini adalah SNI. Kemudian Madu yang telah memenuhi standar tersebut juga bisa berbeda dalam hal misalnya kadar airnya tersebut di atas. SNI hanya mensyaratkan kadar air maksimum 22 %, namun Madu yang paling baik baik kadar airnya dibawah 17.1 % atau bahkan ada yang lebih rendah dari 15%. Madu yang kadar airnya rendah selain akan tahan sangat lama disimpan (temuan dari piramid Mesir bisa ribuan tahun) juga akan lebih efektif khasiatnya untuk pengobatan. Berdasarkan kadar airnya, di Amerika Madu digolongkan menjadi tiga yaitu Grade A dan B dengan kadar air maksimum 18.5% dan Grade C yang memiliki kadar air maksimum 20%.
Mengapa kadar air menjadi salah satu faktor yang penting dalam memilih Madu ?
Secara inherent (penyebab sendiri atau disebut inherent vice) Madu hanya akan bisa rusak oleh proses fermentasi dan ini hanya terjadi apabila yeasts (ragi) yang ada di dalam Madu mendapatkan kandungan air yang cukup. Semakin rendah kadar airnya, maka peluang fermentasi di dalam Madu akan semakin kecil dan akhirnya berhenti tidak terjadi sama sekali fermentasi apabila kadar air Madu dibawah 17.1 %. Madu-Madu yang bertahan sangat lama (sampai ada istilah Very Old Honey) adalah Madu yang memiliki kadar air sangat rendah tersebut. Selain ketahanan dalam penyimpanan, kadar air yang rendah dalam Madu membuat sangat sedikit (atau tidak ada) molekul air yang bebas di dalam Madu. Tidak adanya molekul yang bebas tersebut membuat microorganism tidak dapat tumbuh dalam Madu. Selain daripada itu, dalam mengobati luka misalnya – Madu digunakan karena sifat osmotic-nya (atau sifat menarik/menyerap air) – dan kemampuan menarik air akan lebih kuat apabila Madu memiliki kadar air yang rendah. Disinilah pentingnya memilih Madu yang berkadar air rendah untuk pengobatan –terutama untuk pengobatan luar.
Apakah keaslian Madu bisa di tes dengan cara yang sederhana ?
Banyak sekali tes/deteksi keaslian Madu secara tradisional yang sederhana yang sering dipakai masyarakat seperti perembesan di kertas koran, tidak dimakan semut, ujung korek api yang dicelupkan Madu tetap bisa menyala, menggumpalkan (coagulasi) kuning telur dan mungkin masih banyak lagi. Tidak satupun tes-tes sederhana ini yang bisa didukung dengan argumentasi ilmiah atas kebenarannya. Tes-tes sederhana tersebut bisa jadi cocok untuk Madu tertentu pada kondisi/lingkungan tertentu tetapi tidak bisa digeneralisir untuk seluruh Madu.
Hanya satu tes sederhana yang relatif dapat didukung kebenarannya secara ilmiah baik secara teori maupun tes di lapangan yaitu melaui penetesan Madu ke dalam air dingin. Madu asli akan terus turun kebawah/dasar air karena berat jenisnya yang jauh lebih tinggi dari air (sekitar 1.42) dan tidak membuat air keruh (tercampur Madu) karena aktifitas air (water activity) yang rendah dari Madu tersebut. Yang sejalan dengan tes ini adalah dengan menuang ½ atau satu sendok Madu ke dalam piring yang terisi air, kemudian memutar piring kekiri terus menerus – maka sebelum Madu bercampur air, Madu akan membentuk kumpulan segi enam yang menyerupai sarang lebah.
Apakah Madu aman bagi para penderita diabetis ?
Penderita diabetis umumnya mempunyai masalah dalam produksi insulin yang digunakan untuk memecah zat gula (terutama sukrosa yaitu jenis gula disakarida) yang masuk ke dalam tubuh agar bisa diserap oleh tubuh. Dalam hal Madu, rasa manis yang dihasilkan oleh Madu adalah dari jenis gula yang berbeda (terutama fruktosa yaitu jenis gula monosakarida) yang langsung dapat diserap oleh tubuh tanpa membutuhkan enzym. Jadi Madu adalah pemanis alami yang aman bagi penderita diabetes. Bahkan sudah terbukti secara ilmiah bahwa Madu juga sangat efektif untuk pengobatan luka yang timbul karena penyakit diabetis ini. Salah satu yang telah membuktikan keamanan Madu untuk penderita diabetis ini adalah Dr. Jamal Burhan dari Universitas Iskandariyah Mesir.
Pemahaman awam bahwa diabetes disebabkan oleh gula dan oleh karenanya orang yang sakit diabetes harus menghindari yang manis-manis, ternyata tidak sepenuhnya benar. Ternyata tidak seluruh rasa manis dapat menyebabkan diabetes. Rasa manis dari madu ternyata aman bahkan bagi penderita diabetis.
Lebih jauh lagi, madu ternyata juga sangat efektif untuk mengobati luka akibat sakit diabetes yang sudah parah – dan ketika seluruh jenis obat sudah tidak mempan lagi.
Bagaimana cara penggunaan Madu untuk obat luar ?
Dalam uraian lain di buku ini dijelaskan beberapa bukti mengenai efektifitas madu dalam penyembuhan luka, berikut adalah penerapan yang direkomendasikan.
Jumlah madu yang diperlukan tergantung dari cairan yang keluar dari luka. Frequency penggantian pembalut madu tergantung dari berapa cepat madu tercampur dengan cairan yang keluar dari luka. Untuk luka yang tidak mengeluarkan cairan, penggantian pembalut dapat dilakukan dua kali dalam satu minggu.
Penerapan yang baik adalah madu ditaruh dahulu pada pembalut yang dapat menyerap madu, karena apabila dituangkan langsung ke luka akan menyebar kemana-mana dan tidak mengenai sasaran.
Madu umumnya tidak langsung terserap ke pembalut tetapi melaui pelekatan pembalut pada bagian tubuh yang luka dan pengaruh panas tubuh. Apabila madu terlalu kental dapat dicairkan dengan air sebanyak 1/20 bagian madu.
Pada kondisi tertentu madu dapat dioleskan langsung ke bagian tubuh yang luka baru kemudian ditutup dengan pembalut yang adhesive, namun cara ini tidak direkomendasikan bila luka mengeluarkan cairan.
Untuk luka yang mengeluarkan cairan yang banyak, pembalut madu yang kedua dapat diterapkan di atas pembalut yang pertama untuk menampung rembesan cairan dari pembalut pertama. Pembalut kedua ini sebaiknya digunakan jenis polyurethane karena apabila digunakan pembalut yang menyerap akan menjauhkan madu dari luka.
Apabila dalam kasus tertentu pembalut madu tidak dapat langsung diterapkan pada luka (misalnya takut lengket), maka dapat dipakai pembalut yang tidak lengket dahulu untuk menutup luka – baru kemudia pembalut madu. Pembalut antara tersebut harus yang berpori-pori agar madu dapat mencapai bagian tubuh yang luka.
Pembalut alginate yang diisi madu dapat juga dipakai sebagai pengganti pembalut dari kapas/selulose karena alginate akan berubah menjadi gel lunak yang mengandung madu.
Rongga-rongga di daerah luka perlu diolesi dahulu dengan madu sebelum pembalut madu diterapkan, hal ini agar komponen antibacterial dari madu seluruhnya terserap oleh jaringan madu.
Madu aman untuk dioleskan langsung ke daerah luka yang terbuka karena madu selalu larut dalam air dan mudah dibersihkan.
Karena infeksi juga mungkin terjadi pada jaringan disekitar bagian tubuh yang luka, pembalut perlu diperluas sampai menutupi sekitar daerah yang mengalami luka.
Dianjurkan dalam penerapan pengobatan dengan madu ini, pasien tetap dalam pengawasan dokter yang berkompeten.
Bagaimana cara penggunaan Madu untuk pengobatan penyakit dalam ?
Contoh pengobatan penyakit dalam dengan madu telah dilakukan terhadap penyakit pancreatitis akut yang dilakukan oleh Prof. Mamdouh Rhman MD dari Ain Shams University – Cairo.
Berikut treatment yang dilakukan terhadap pasien yang berusia 30 tahun. Pasien ini menderita Pancreatitis yang akut. Gejala antara lain yang dirasakan adalah sakit perut yang serius dibagian atas, mual dan muntah. Penyakit yang diderita pasien tersebut sering kambuh dan berbagi pengobatan medis telah dilakukan tanpa memberikan hasil.
Penanganan dengan madu meliputi penggunaan cairan intraveneous (IV) untuk injeksi larutan madu. Digunakan injeksi karena pada awal penanganan pasien tidak bisa menelan madu (dimuntahkan). Larutan madu 10 % dimasukkan tubuh dengan injeksi IV dengan 3 ml dengan total injeksi sebanyak 10 kali selama dalam perawatan (1 kali dalam satu hari). Tubuh pasien sempat bereaksi seperti alergi setelah injeksi namun 45 menit kemudian gejala ini menghilang. Bersamaan menghilangnya gejala tersebut rasa sakit diperut dapat kambuh dan apabila ini terjadi pasien diberi injeksi pethidine untuk menghilangkan rasa sakitnya.
Hari kedua pasien mulai bisa menelan madu lewat mulut sehingga diberi minum madu 30 ml empat kali sehari. Hari ketiga pasien terus membaik dan mulai bisa makan yang ringan. Hari kedelapan pasien dijinkan pulang dari rumah sakit. Hari ke 9 pada saat kontrol pasien diinjeksi dengan madu yang ke 9 kalinya. Hari ke 10 pasien sudah sembuh total dan dapat bekerja seperti sedia kala. Injeksi madu yang ke 10 dilakukan 19 hari sejak injeksi yang pertama.
Kondisi pasien tersebut terus dipantau sampai tiga tahun kemudian dan tidak pernah lagi timbul gejala pancreatitis yang akut.
Apakah Madu dapat menyembuhkan penyakit karena alergi ?
Dr. William Paterson dari Oklahoma, USA bersama dengan beberapa dokter lain telah melakukan riset terhadap 17,862 pasien dari rentang umur 20 – 60 tahun yang menderita penyakit alergi dalam bentuk chronic bronchitis, astmatic bronchitis, bronchial asthma, chronic rhinitis, allergy rhinitis dan sinusitis. Hasilnya ternyata Madu dapat dengan cepat menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut. Dari hasil tersebut juga diketahui bahwa terapi Madu sangat baik untuk lebih dari 90 % jenis penyakit karena alergi.
Apakah Madu aman bagi penderita darah tinggi ?
Meskipun belum ditemukan riset khusus masalah ini, tetapi Dr. Yusof Abas seorang dokter dan ahli Madu di Malaysia menyatakan minimal Madu aman dan boleh dikonsumsi penderita tekanan darah tinggi, beliau juga yakin khasiat Madu menurunkan tekanan darah tinggi namun sebagai dokter beliau ingin membuktikan dahulu melalui riset sebelum memberikan pendapat resminya.
Apakah Madu dapat menurunkan kolesterol ?
Dari riset yang dilakukan oleh sejumlah ahli di Rusia, 75 % pasien dapat diturunkan kolesterolnya melalui terapi Madu dalam waktu 3 sampai 6 bulan.
Apakah Madu dapat digunakan untuk makanan Diet ?
Madu adalah sumber tenaga dan kalori terutama dari gula sederhana (fruktosa), protein dan sedikit gula komplek. Dalam satu sendok Madu kurang lebih terkandung 65 kalori. Apabila kita minum dua sendok Madu dipagi hari, ini setara dengan +/- 130 kalori yang cukup untuk aktifitas 2-3 jam. Bagi Anda yang ingin menurunkan berat badan, dapat meminum Madu 3 – 4 sendok makan di pagi hari dan bisa ditambah 1 atau dua sendok makan sekitar jam 10 pagi; dengan cara ini Anda tidak akan terasa lapar pada siang hari karena energi masih cukup. Di malam hari Anda bisa minum dua sendok makan sebelum makan malam. Dengan pola diet ini nafsu makan Anda akan berkurang karena mayoritas tenaga disupplay oleh Madu, dengan demikian konsumsi makanan lainnya (yang menyebabkan kegemukan) dapat sangat ditekan. Pola diet dengan Madu ini disarankan oleh Dr. Yusof Abas dari Malaysia.
Apakah Madu dapat menjadi pengganti gula dalam resep makanan & minuman ?
Madu adalah pemanis alami yang disediakan oleh Allah di alam untuk manusia. Komposisi Madu baik dari sisi mineral, asam-asam amino, protein dan vitamin yang terkandung di dalamnya memiliki banyak kesamaan dengan bahan baku makanan yang kita gunakan sehari-hari. Jadi Madu sangat cocok untuk menggantikan gula sebagai pemanis pada bahan makanan ataupun minuman kita. Bahkan sebelum manusia modern mengenal gula seperti yang kita kenal sekarang, Madulah yang selalu dipakai sebagai bahan pemanis untuk makanan dan minuman bangsa-bangsa terdahulu. Penggantian gula dengan Madu juga merupakan solusi yang aman bagi yang hendak menghindari gula karena diabetes, kegemukan dsb.
Karena tingkat kemanisan yang dikandung Madu lebih tinggi dari gula, maka kaidah umumnya ketika hendak menggantikan gula dengan Madu dalam suatu resep makanan/minuman adalah menggunakan Madu hanya separuh dari yang dibutuhkan apabila menggunakan gula. Misalnya dalam satu resep makanan disebutkan perlu menggunakan gula 2 sendok makan, maka apabila digunakan Madu hanya membutuhgkan 1 sendok makan. Kemudian dapat disesuikan sampai tingkat kemanisan yang dikehendaki.
Apakah ada efek samping dari penggunaan Madu ?
Efek samping mungkin ada bagi pengguna tertentu, terutama apabila mereka belum pernah minum Madu sama sekali sebelumnya. Meskipun demikian efek samping dari penggunaan Madu ini tidak perlu ditakuti karena sifatnya sementara dan dalam istilah medis disebut sebagai ’healing crisis’. Efek samping ini bisa berupa pusing-pusing sejenak atau bagi yang mempunyai kebiasaan sakit perut IBS (Irritable Bowel Syndrom), bisa jadi sakit perutnya tambah parah. Namun sekali lagi ini sifatnya sementara yaitu pada saat proses penyembuhan berjalan yaitu yang disebut ’healing crisis’ tadi. Bagi yang mengalami efek samping ini justru menunjukkan positif karena terapi pengobatan Madu sedang berproses untuk penyembuhan (maka disebut ’healing crisis’), apabila hal ini terjadi pengobatan dengan Madu perlu diteruskan agar sampai benar-benar sembuh, namun apabila ’healing crisis’ dirasa terlalu berat dosis Madu dapat dikurangi sementara kemudian setelah ’healing crisis’ berlalu dilanjutkan lagi dengan dosis penuh.
Proses ’healing crisis’ inilah yang oleh Rasulullah S.A.W. dijelaskan dalam hadits shoheh ketika seorang sahabat tidak langsung sembuh setelah diberi minum Madu, baru sembuh setelah saudara dari sahabat tersebut balik ketiga kalinya ke Rasulullah dan oleh Rasulullah disampaikan ”...apa yang datang dari Allah pasti benarnya, perut saudaramu bisa berbohong”.
Hal lain yang dapat menguatkan kita adalah apa yang diperintahkan oleh Allah, pasti manfaatnya nya lebih besar dari mudharatnya. Di Al-Qur’an surat An Nahl :69 disebutkan Madu swebagai obat, maka tentu efek pengobatannya akan lebih besar dari efek sampingnya yang bersifat sementara tersebut.
Seperti apa dosis Madu yang baik untuk orang yang sehat maupun orang yang sakit ?
Untuk orang yang sehat dan ingin menggunakan Madu sebagai pencegahan, maka minum Madu sekali sampai dua kali sehari satu sendok makan adalah memadai.
Bagi yang minum Madu untuk penyembuhan dari suatu penyakit, dianjurkan minum lebih banyak yaitu antara 3 sampai 4 kali sehari satu sendok makan.
Apakah Madu aman bagi seluruh usia ?
Di negeri-negeri barat ada pendapat untuk tidak memberikan Madu pada anak dibawah usia satu tahun karena dikawatirkan menyebabkan sakit yang disebut Botulism (Disebabkan oleh Clostridium Botulinum), namun hal ini belakangan telah dibuktikan ketidak benarannya oleh team dokter dari rumah sakit Al Khafji National Hospital Saudi Arabia yang meneliti lebih dari 220 contoh Madu dari berbagai negara dan interview dengan keluarga dari lebih 1500 bayi yang diberi minum Madu sejak lahir. Hasil penelitian ini membuktikan tidak ada satupun Madu yang tercemar Clostridium Botulinum dan tidak ada satupun bayi yang menderita botulism karena Madu. Kesimpulan lain adalah bahwa peluang adanya Clostridium Botulinum di dalam Madu sama dengan peluang kebaradaannya di bahan makanan lain yang berasal dari alam seperti susu, pisang dsb. Jadi Madu tetap aman untuk dikonsumsi pada usia berapapun termasuk untuk bayi dibawah umur satu tahun.
Bagaimana lebah dapat menghasilkan Madu yang begitu bersih untuk makanan dan obat bagi manusia ?
Dari illustrasi anatomi lebah di atas kita dapat segera tahu bahwa meskipun madu dikeluarkan dari perut lebah (di dalam Al Qur’an disebutkan di Surat An Nahl Ayat 69 ”….Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam warnanya…”, namun ternyata madu ditempatkan di tempat khusus dalam perut lebah yang disebut perut madu (honey stomach, honey sac atau crop) yang terpisah dari perut besar lebah (large intestine atau stomach). Di dalam perut madu tersebutlah proses penguraian gula komplek (disakarida) diubah menjadi gula sederhana atau mono sakarida.
Sering terjadi kesalah pahaman di masyarakat seolah madu adalah kotoran lebah karena berasal dari perut lebah. Madu bukanlah kotoran lebah meskipun dalam prosesnya melalui perut lebah. Honey sac yang berada di perut lebah sebenarnya lebih merupakan tempat penyimpanan khusus untuk madu selama perjalanan lebah pekerja dari tempat pengambilan nectar sampai ke sarangnya. Selanjutnya nectar yang mayoritas berupa gula disakarida dalam bentuk sukrosa mengalami proses fisika dan kimia sekaligus selama perjalanannya di perut lebah dan dilanjutkan di sarang lebah.
Nectar yang diambil dari bunga-bunga tanaman mengandung gula dan kadar air yang tinggi (sekitar 60%), untuk menjadi madu kadar air ini harus diturunkan secara significant menjadi sekitar 20 % atau bahkan lebih rendah lagi. Proses fisika penurunan kadar air ini mulai terjadi pada saat lebah menjulurkan lidahnya (proboscis) untuk memindahkan Madu sedikit demi sedikit dari dalam perut madu (honey sac) ke sarang lebah. Di dalam sarang lebah kadar air terus diturunkan lebih lanjut dengan laju penurunan yang lebih tinggi melalui putaran sayap-sayap lebah yang terus menerus mensirkulasikan hawa hangat ke seluruh ruangan dalam sarang lebah.
Royal Jelly - Susu Ratu yang Penuh Rahasia Illahi
Apa sebenarnya yang disebut sebagai Royal Jelly ?
Royal Jelly atau susu ratu adalah makanan khusus bagi ratu lebah. Berbeda dengan tiga produk lebah lainnya yaitu Madu, Propolis dan Pollen, Royal Jelly bukan produk tanaman yang dikumpulkan dan dimondifikasi oleh lebah. Royal Jelly secara khusus diproduksi oleh lebah pekerja perawat dari pollen dan nectar yang dihirupnya, kemudian di sekresikan dari gandula khusus di kepala lebah.
Apa kekhususan dan kehebatan Royal Jelly sehingga lebah ratu berbeda dengan lebah lainnya ?
Di dalam sarang lebah royal jelly dipakai untuk memberikan makanan kepada seluruh larva yang ada di dalam lebah selama tiga hari saja, selanjutnya hanya larva yang akan menjadi ratu yang terus diberi makan royal jelly sepanjang hidupnya. Karena makanan yang berbeda ini (ratu makan royal jelly sedangkan lebah lain makan Madu dan Pollen), maka ratu lebah berusia sangat panjang dibandingkan dengan lebah umumnya. Apabila lebih biasa umurnya hanya berkisar 7 sampai 8 minggu, maka lebah ratu usianya berkisar antara 5 sampai 7 tahun (35 – 50 kali lebih panjang usianya dibandingkan lebah biasa).
Dengan konsumsi yang berbeda pula lebah ratu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari lebah biasa (40% lebih besar) dan lebih berat (60% lebih berat). Kehebatan lain dari ciptaan Allah dalam bentuk lebah ratu ini adalah dalam hal reproduski, meskipun ratu hanya kawin sekali saja seumur hidupnya – lebh ratu mampu bertelur dalam jumlah yang melebihi berat badanya setiap hari – Subhannallah.
Zat apa yang sebenarnya terkandung di dalam Royal Jelly sehingga demikian hebat khasiatnya ?
Dalam segala kehabatan tersebut, belum sepenuhnya ilmu pengetahuan mengungkap apa sebenarnya yang terkandung di dalam Royal Jelly ini. Yang sudah terungkap adalah kandungan secara umum seperti kadar air sekitar 60%-70 %, protein 13 %, karbohydrat 15 %, lemak 5 % dan zat-zat organic lainnya sekitar 1 %. Yang juga sudah diketahui adalah Royal Jelly mengandung seluruh jenis asam amino essensial dan non essensial, karbohydratnya berupa fruktosa dan glukosa, lemaknya terdiri dari asam lemak jenuh dan tak jenuh dan phospholipids. Vitamin yang terkandung di dalamnya adalah seluruh jenis vitamin B, vitamin A, C, D, E dan K.
Komponen lain yang sudah terdeteksi meliputi collagen yaitu protein yang sangat penting untuk kesehatan dan pertumbuhan jaringan, kulit, rambut, kuku, tulang, otot dan dan penguat dinding-dinding saluran dalam tubuh kita. Enzym yang terdapat di dalamnya meliputi enzym superoxide dismutase, catalase, peroxidase dan glutathione peroxidase. Asam nucleid yang ada meliputi DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid).
Selain zat-zat tersebut juga terdeteksi di dalam Royal Jelly adanya gamma globulins yang sangat penting untuk imunisasi, dan methyl p-hydroxybenzoat (metil paraben) untuk anti oxidant.
Apa khasiat Royal Jelly untuk pengobatan manusia, dan apakah ada bukti ilmiahnya ?
Sebagai makanan ratu yang berusia amat sangat panjang dibandingkan dengan lebah biasa, maka sudah barang tentu Royal Jelly memiliki berbagai khasiat pengobatan antara lain :
Mengobati infeksi di perut, varicose, dispepsia, impotensi, fatique, anorexia, lemah sahwat, infertilitas, infeksi visrus dan bacteri. Penelitian ilmiah mengenai hal ini telah banyak dilakukan di China, Rusia dan negara-negara bekas blok timur.
Meningkatkan imunitas tubuh seperti yang terbukti dari penelitian di Sarajevo ketika terjadi epidemic. Patien yang diberi royal jelly hanya 9 % yang terjangkit penyakit sementara pasien yang tidak diberi Royal Jelly 40% nya terjangkit.
Penelitian di Jepang tahun 2001 membuktikan bahwa Royal Jelly efective untuk mengobati fatique dan stress.
Royal Jelly menurunkan kolesterol dan triglyceride seperti ditunjukkan hasil riset di China tahun 1995. Dari riset tersebut terbukti Royal Jelly menurunkan LDL yaitu kolesterol yang buruk dan menaikkan HDL yaitu kolesterol yang baik.
Kemampuan Royal Jelly menurunkan tekanan darah juga terbukti melalui penelitian di jepang tahun 2004 lalu.
Vitamin A, C dan E yang ada di dalam Royal Jelly bekerja secara sinergis dengan carotenoids mencegah kerusakan kulit karena bahan kimia atau karena matahari dan lebih jauh lagi juga menurunkan risiko kanker kulit.
Banyak nutrients yang ada di dalam Royal Jelly, antimicrobial proteins, berbagai enzymes dan gamma globulin bekerja sama mencegah infeksi dan menstimulasi imunitas tubuh.
HDA dan asam lemak jenuh rantai pendek yang ada dalam Royal Jelly berfungsi mirip detergen yang menghancurkan membrane sel bakteri, jamur dan virus. HDA juga berfungsi mencegah atheroclerosis.
Berbagai vitamin B yang ada dalam royal jelly yang kaya akan hormon, phytosterols dan phospholipids menurunkan kolesterol dan ini yang membuat orang ’awet muda’.
Bagaimana penggunaan Royal Jelly yang dapat dianjurkan untuk kehidupan sehari-hari ?
Royal Jelly sangat gampang rusak, oleh karenanya harus selalu disimpan dalam keadaan beku. Cara lain mengawetkan Royal Jelly adalah dengan mencampurnya ke dalam Madu.
Konsumsi Royal Jelly untuk makanan supplemen dan pengobatan preventive cukup satu sampai dua gram perhari. Untuk pengobatan curative dari berbagai penyakit yang disebut di atas, konsumsi Royal Jelly dapat dapat ditingkatkan antara 4 sampai 7 gram per hari.
Karena Royal Jelly juga bersinergi sangat baik dengan produk-produk lebah lainnya yaitu Madu, Propolis dan Pollen – maka campuran keempatnya merupakan bahan makanan suplemen yang sangat baik dan sekaligus bahan obat yang efektif untuk seluruh penyakit yang didiskusikan dalam buku ini.
Pollen - Sumber Protein dan Vitamin Konsentrasi Tinggi yang Siap Saji
Apa yang disebut sebagai Pollen, dari mana asalnya dan apa kegunaannya ?
Pollen adalah alat reproduksi jantan yang dikumpulkan oleh lebah pekerja khusus (yang berbeda dari lebah pengumpul nectar) dari berbagai tumbuhan. Tumbuhan penghasil Pollen belum tentu sama dengan tumbuhan penghasil Madu. Di sarang lebah, Pollen digunakan sebagai sumber makanan utama bagi lebah yang memberikan protein, lemak, dan vitamin melengkapi sumber karbohidrat yang berasal dari Madu dan nectar. Sekali lagi kemudian manusia modern belajar dari lebah juga menggunakan Pollen sebagai sumber protein dan vitamin konsentrasi tinggi.
Zat-zat kimia apa yang terkandung di dalam Pollen ?
Karena Pollen sebenarnya adalah alat reproduksi jantan dari tumbuhan, maka di dalamnya sangat kaya zat-zat kimia penting bagi kehidupan tumbuhan yang bersangkutan, secara umum zat-zat ini kita sebut phytochemicals. Secara khusus phytochemicals yang umumnya ada di dalam Pollen terlepas dari jenis tumbuhan apapun asalnya adalah carotenoids, flavonoid dan phytosterols. Pollen yang segar yang belum mengalami pemanasan juga mengandung berbagai enzym, coenzym dan hormon.
Apakah Pollen juga memiliki khasiat dalam pengobatan ?
Khasiat pengobatan yang terkandung di dalam Pollen sudah lama dikenal orang terutama dari kemampuannya untuk detoksifikasi racun dan bahan kimia berbahaya dari dalam tubuh. Pollen juga terbukti efektif untuk melawan anemia, fatique, infertilitas, impotensi dan bahkan kanker.
Kemampuan Pollen sebagai obat ini adalah karena carotenoids, flavonid dan phytosterol selain berfungsi untuk detoksifikasi, juga bersifat antiviral, antibacterial, anti allergenic, anti inflamatory dan antimutagenic. Phytosterols khusus seperti lycopene dan beta-sitosterol terbukti menurunkan risiko kanker prostat.
Flavonoids yang ada di dalam Pollen dapat menurunkan kolesterol, menstabilkan dan menguatkan capillaries sehingga secara keseluruhan menurunkan risiko penyakit cardiovascular. Flavonoid khusus yang disebut Rutin yang terkandung dalam konsentrasi cukup tinggi di Pollen effective untuk mencegah varicose, venous insufficiency, hemorrhoids, hipertensi dan diabetic retinopathy.
Karena kandungan vitamin dan protein dalam konsentrasi tinggi di dalam Pollen, maka Pollen dapat mempercepat proses penyembuhan dan lebih unggul dari makanan suplemen lainnya.
Bagaimana resep penggunaan Pollen dalam kehidupan sehari-hari ?
Pollen selain memiliki khasiat pengobatan seperti diuraikan di atas, juga dapat digunakan sebagai makanan suplemen yang sangat efektif. Satu sendok makan Pollen sehari dapat menggantikan kebutuhan buah dan sayuran dalam diet sehari-hari kita. Konsumsi rutin yang dianjurkan untuk Pollen adalah antara satu sampai dua sendok makan sehari.
Perlu diperhatikan bahwa Pollen memiliki sifat seperti buah dan sayuran segar, jadi penangannya harus hati-hati karena gampang rusak. Apabila tidak langsung dikonsumsi, Pollen harus disimpan dalam refrigerator.
Propolis - Antibiotika yang Bebas Tersedia di Alam
Apa sih yang disebut sebagai Propolis dan dari mana ia berasal ?
Propolis adalah zat yang di ekstrak dari resin yang dikumpulkan oleh lebah pekerja khusus yang tugasnya mencari resin dari daun yang baru tumbuh dan bagian kulit batang pohon tertentu. Oleh lebah pekerja di sarang resin tersebut dicampur sedikit dengan lilin lebah, Madu dan enzym sebelum akhirnya menjadi Propolis.
Apa sebenarnya kegunaan Propolis bagi lebah dan bagi manusia ?
Propolis gunanya untuk menambal sarang lebah yang bocor dan memperkuat sarang. Selain dari pada itu fungsi Propolis yang tidak kalah pentingnya bagi lebah adalah untuk membungkus (memumikkan) bangkai binatang yang masuk kesarang lebah agar tidak menyebarkan penyakit. Jadi Propolis dipakai oleh lebah untuk mensaterilkan sarang, menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, virus dan jamur. Belajar dari efektifitas Propolis bagi lebah inilah manusia modern kemudian ikut menggunakan Propolis dalam pengobatan khususnya untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, virus dan jamur.
Zat apa kandungan dalam Propolis sehingga dapat menjadi obat bagi manusia ?
Propolis mengandung ratusan bahan kimia dan para ilmuwan baru berhasil mengidentifikasi dan memberi nama sekitar 30-an dari bahan-bahan tersebut. Komposisi Propolis yang baru dipanen dari sarang lebah umumnya terdiri dari kurang lebih 50% resin, 30 % lilin lebah, 10 % essential oils, 5 % Pollen dan 5 % sisa-sisa tanaman. Karena komposisinya yang demikian tidak seluruh bagian Propolis bisa dimakan sebagai obat atau makanan suplemen. Setelah dipanen dari sarangnya Propolis harus di ekstraksi dengan air atau minyak makan untuk mengambil bahan-bahan yang bisa dimakan tersebut. Di negeri barat ekstraksi juga dilakukan menggunakan ethanol atau alkohol, namun hal ini tidak halal untuk konsumsi kaum muslimin jadi ekstraksi menggunakan alkohol tidak boleh dilakukan.
Karena lebah pekerja mengambil resin dari tanaman-tanaman sekitar tempat sarangnya, maka komposisi Propolis sangat bervariasi tergantung daerahnya, namun subhanallah seluruh Propolis memiliki khasiat pengobatan yang sangat mirip satu sama lain. Khasiat tersebut adalah Propolis bersifat antiseptic, antibiotic, antifungal, anti-inflamatory, dan kemampuan detoksifikasi. Sunggauh Allah swt. Telah memberi kemampuan lebah-lebah tersebut dimanapun mereka berada untuk mampu mengumpulkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan sarang lebah dan lebah-lebah yang tinggal di dalamnya.
Apakah ada bukti ilmiah yang menunjang efektifitas Propolis sebagai obat ?
Propolis sangat efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan melawan bakteri yang resistant terhadap antibiotik buatan manusia. Dalam sebuah tes ilmiah dengan cell-culture test terbukti Propolis paling efektif melawan bakteri patogen jenis gram poistif seperti Staphylococcus sp. (antara lain penyebab infeksi saluran kencing) , Clostridium sp.(antara lain penyebab gangguan perut/gastrointestinal), Corynebacterium diphtheriae (penyebab diphtheriae) dan jenis-jenis Streptococcus sp. (antara lain penyebab infeksi tenggorokan, infeksi sinus dan scarlet fever). Bakteri gram negatif yang juga efektif dilawan dengan Propolis antara lain Klebsiella pneumonia (penyebab pneumonia dan bronchitis) dan Pseudomonas sp. (antara lain penyebab infeksi pada luka).
Bukti ilmiah lain adalah seperti yang dipublikasikan di Archives of Pediatric and Adolescent Medicine dimana 430 anak secara random diterapi dengan Propolis selama musim dingin dan dibandingkan dengan anak lain yang diberi obat buatan pabrik. Musim dingin dipilih karena pada musim ini pada umumnya anak-anak mudah terkena infeksi saluran pernafasan. Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang diberi Propolis terkena infeksi saluran pernafasan 55 % lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak lain yang mendapatkan obat dari pabrik. Penelitian-penelitian lain yang dilakukan di Belanda, Rumania dan Polandia menunjukkan hasil yang sejalan dengan penelitian tersebut di atas.
Pennggunaan Propolis untuk pencuci mulut (mouth rinses) ternyata juga sangat efektif untuk menghentikan pertumbuhan bakteri-bakteri yang secara umum berada di mulut. Bakteri-bakteri ini pada umumnya menyebabkan kerusakan gigi, penyakit gusi, cavities dan plaque pada gigi. Penelitian ilmiah yang menunjang hal ini telah dilakukan antara lain di Brasil dan di Jepang. Penelitian yang di Jepang bahkan menunjukkan bukti lain bahwa pasien bedah mulut yang kemudian menggunakan Propolis sebagai pencuci mulut mengalami proses penyembuhan yang lebih cepat, lebih bersih dan rasa sakit/inflamasi yang sangat berkurang dibandingkan pasien lain yang menggunakan pencuci mulut buatan pabrik.
Propolis yang dicampur dengan Madu terbukti menyembuhkan luka lebih cepat dari Silver Sulfadiazine (SS). Di Brasil bahkan Propolis telah digunakan untuk pengobatan AIDS karena terbukti menghambat replikasi virus HIV. Penelitian di State Medical University of Ukraina juga membuktikan seluruh pasien yang terkena Herpes Simplex Infection berhasil disembuhkan dengan Propolis.
Penelitian-penelitian lain di berbagai negara tidak henti-hentinya menemukan bukti baru atas efektifitas Propolis sebagai obat untuk berbagai penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan masuknya bahan kimia berbahaya ke dalam tubuh (keracunan).
Bagaimana Propolis bisa menjadi obat bagi manusia ?
Ada lima alasan mengapa Propolis dapat menjadi obat :
Lebih dari 180 phytochemicals ada di dalam Propolis antara lain flavonids, berbagai turunan asam orbanic, phytosterols, terpenoids dsb. Zat-zat ini terbukti memiliki berbagai sifat anti-inflamatory, antimicrobial, antihistimanine, antimutagenic dan anti allergenic.
Flavonids yang ada dalam Propolis selain bersifat antioxidant yang mencegah infeksi, juga menumbuhkan jaringan. Kandungan pimia Propolis yang meningkatkan tumbuhnya jaringan tersebut antara lain adalah sebagai akibat dari sifat tissue strengthening dan regenerative effect dari quercetin, kaemferol, epigenin dan luteolin.
Aktifitas antibiotic dari phytochemicals yang ada di dalam Propolis antara lain disebabkan oleh berbagai turunan asam organic seperti cinnamic, ferrulic, benzoic, caffeic, coumaric, terpenes dan turunan-tuirunn berikutnya seperti limonene, p-cymene, eugenol, galangin dan quercetin.
Sifat antifungal yang ada di Propolis yang dihasilkan oleh phytochemicals seperti flavonoids pinocembrin, quercetin, sakauranetin dsb.
Sifat antivirus Propolis yang berasal dari turunan-turunan asam organik seperti Caffeic Acid Phenethyl Ester (CAPE).
Bagaimana cara menggunakan Propolis sebagai suplemen makanan atau sebagai obat ?
Propolis tersedia di pasaran dalam bentuk yang sudah ditabletkan, kapsul atau berupa cairan. Penggunaan Propolis sebagai suplemen makanan cukup satu atau dua tablet/kapsul sehari atau setara dengan 250 mg – 500 mg. Cara lain konsumsi Propolis yang efektif (terutama yang berupa cairan) adalah dengan mencampurnya ke dalam Madu. Penggunaan sebagai obat dapat dua sampai tiga kali dosis tersebut di atas.
Sumber : rumahmadu.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hallo Jika anda membutuhkan informasi mengenai madu bisa mengunjungi http://penjual.top/ disana akan memperoleh produk madu berkualitas yang tentunya cukup sulit ditengah gencarnya madu palsu saat ini
BalasHapus